Saturday, July 31, 2010

Pilihan-Nya kah?

Ya Allah, inikah rasanya sakit? Mengapa ya Allah, engkau selalu memberikan pilihan keduaku. Aku ingin yg pertama, padahal aku telah mencita-citakan bisa di sana sejak kelas 11. Bahkan, tak pernah terlintas dibenakku untuk memilih yg kedua. Rasanya ini seperti cerita klasik buatku. Sekali lagi aku mengalami hal yg sama.

Dulu, aku memilih SMANSA Solo untuk pilihan pertamaku. Tapi akhirnya, aku nancepnya di SMAGA Solo. Padahal sama sekali tidak terlintas dibenakku untuk masuk SMAGA. Hal ini terulang lagi di masa ini. Mungkin orang bilang STAN lebih hebat dari pada STIS. Tapi, tahukah kalian? Perjuangan masuk STIS tak segampang yg kalian kira. Memang betul, STIS pesaing awalnya hanya 12ribu orang yg tak sebanyak STAN yg mencapai 100ribu orang. Tapi, boleh dikata kamu bisa masuk STAN tapi belum tentu masuk STIS, atau sebaliknya. Ironis bukan? Ini realita, akunya yg ingin masuk STIS, nyatanya gagal untuk tes kesehatan. Padahal selangkah lagi untuk berhasil.